Dunia
pendidikan tidak bisa lepas dari kurikulum. Karena itu adalah jantung sekolah.
Kurikulum adalah pedoman untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum bersifat dinamis dan senantiasa
dikembangkan atau disesuaikan dengan latar belakang dan karakteristik peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan masa
kini dan masa depan. Zaman sudah berubah, saat kita menjadi pelajar, mungkin
satu-satunya impian seorang pelajar adalah menjadi dokter, polisi, tentara atau
guru. Namun sekarang, pilihan aspirasi mahasiswa kita lebih beragam, mungkin
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Sekarang ada orang yang ingin menjadi
ilustrator karakter kartun animasi, mencari perangkat lunak komputer,
pengembang aplikasi game, gamer, atau YouTuber. Hal itu tentu menyadarkan kita
bahwa dunia memang sedang berubah.
Ki
Hadjar Dewantara menyatakan bahwa maksud atau tujuan pendidikan adalah
menyalurkan segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak agar mereka dapat
mencapai tingkat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai
manusia dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, untuk menyalurkan fitrah siswa
kita, pembelajaran termasuk kurikulum yang diselenggarakan juga harus
senantiasa disesuaikan dengan kebutuhannya. Faktanya, kursus dirancang untuk
siswa. Semua pihak harus bekerja sama secara optimal untuk mencapai seluruh
kompetensi siswa yang diharapkan dari kurikulum. Misalnya, guru terus-menerus
belajar untuk memfasilitasi pembelajaran yang tepat. Orang tua tetap memahami
perkembangan dan kebutuhan siswa. Pemerintah daerah dan pusat, serta semua yang
terlibat dalam pendidikan, juga harus mengikuti perkembangan kebutuhan siswa.
Selama
tahun 2022/2023 , kurikulum baru, yang dikenal sebagai "kurikulum Merdeka",
diadopsi untuk menyesuaikan alat pengajaran dengan kebutuhan dan minat belajar
siswa. Ciri utama dari program Merdeka Learning adalah project based learning,
yang mengembangkan soft skill dan karakter sesuai jurusan mahasiswa Pancasila.
Jadi, menurut Nadiem, inti dari kurikulum mandiri adalah free learning, sebuah
konsep yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya
masing-masing. Jika siswa sebelumnya harus mempelajari semua mata pelajaran dan
diarahkan ke IPA/IPS di tingkat SMA, ini tidak sama dengan kurikulum Merdeka.
Dalam kurikulum Merdeka, siswa tidak akan lagi mengalami hal seperti itu.
Dalam Kurikulum Merdeka, siswa tidak lagi “dipaksa” mempelajari Kurikulum yang bukan minat utamanya. Peserta didik dapat “secara merdeka” memilih materi yang ingin dipelajarinya sesuai dengan minatnya sendiri. Inilah arti dari konsep belajar bebas. Diharapkan dengan bermula dari konsep kurikulum Merdeka ini, dunia pendidikan akan semakin maju dan berkembang untuk selama-lamanya. Sahabat guru yang terhormat, Berikut ini adalah artikel dalam seri 2 Aksi Nyata Kurikulum Merdeka. Semoga bermanfaat bagi semuanya dan mari kita sama-sama menambah ilmu. sebagai bentuk umpan balik,maka dimohon untuk mengisi form berikut dengan klik disini : UMPAN BALIK
#AksiNyata2#PMM#AndriWicaksono
0 comments:
Posting Komentar